
Konsep mengenai Allah Trinitas [1] merupakan dogma yang membedakan ajaran tentang Allah dari ajaran tentang allah yang ada dalam agama dan keyakinan lain.[2] Louis Berkhof dalam buku Teologi Sistematika yang berjudul Doktrin Allah, menjelaskan bahwa doktrin Trinitas sesungguhnya adalah doktrin pewahyuan.[3] Doktrin Trinitas merupakan doktrin yang sulit dimengerti, dan jika dimengerti, maka manusia tidak mungkin mengerti dengan tuntas. Alasan inilah yang dapat mempengaruhi setiap ilustrasi maupun analogi untuk menjelaskan tentang Trinitas.[4]
Permasalahan Trinitas terletak pada ajaran satu keberadaan Ilahi yang satu, tetapi di dalam Diri-Nya terdapat tiga Pribadi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-masing Pribadi saling memenuhi secara sempurna, sehingga jika seseorang hanya berfokus dan mengacu kepada satu Pribadi saja, maka satu Pribadi tersebut adalah Allah sepenuhnya. Dengan kata lain Trinitas tidak bisa dibicarakan dengan mengunakan pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Namun keberadaan Allah mutlak bersifat Trinitas.[5]
Dalam pembahasan tentang Trinitas biasanya dibedakan antara Trinitas ontologis dan Trinitas ekonomis. Trinitas ontologis adalah Trinitas dalam Diri-Nya sendiri (ad intra). Pembahasan mengenai Trinitas ontologis selalu membicarakan akan natur, kesatuan dan kejamakan, perbedaan ketiga Pribadi, ordo dan karya Allah dalam Diri-Nya (opera ad intra). Sedangkan Trinitas ekonomis membahas fungsi dan tindakan Allah berkaitan dengan ciptaan atau karya Allah di luar Diri-Nya (opera ad ekstra).[6]
Bavink berbicara tentang Trinitas ontologis, yaitu dimana esensi dari kekristenan yaitu pewahyuan diri Allah yang mutlak oleh Allah di dalam Pribadi Kristus, dan pengkomunikasian diri yang mutlak oleh Allah di dalam Roh Kudus, hanya bisa dipertahankan jika manusia memiliki Roh Kudus, sebagai pondasi dan prinsip manusia, Trinitas yang ontologis.[7]
Trinitas yang ontologis yaitu Trinitas sebagai yang bereksistensi pada Diri-Nya sendiri, terpisah dari alam semesta ciptaan, adalah lengkap pada Diri-Nya sendiri, dan sebagaimana adanya mencakup ultimasi yang setara antara kesatuan dan kejamakan.[8]
Alkitab tidak pernah mencatat kata Trinitas. Trinitas adalah doktrin umat Kristen mengenai tiga Pribadi Tuhan yang satu. Tiga Pribadi dalam satu Tuhan tersebut adalah Bapa, Anak (Putra), dan Roh Kudus, namun tidak ada tiga Allah melainkan satu Allah, pribadi-pribadinya sama-sama kekal dan setara, semuanya tidak diciptakan tetapi maha kuasa.[9]
Terminology Istilah Trinitas
Salah satu keunikan Kekristenan adalah kepercayaan terhadap Allah Trinitas, yang tidak ada pada agama-agama lain. Doktrin yang begitu jelas diajarkan dalam Alkitab ini selalu menjadi kesulitan yang besar bagi orang Kristen maupun orang bukan Kristen. Memang secara terminology istilah ini tidak muncul dalam Alkitab baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun dalam kitab Perjanjian Baru. Namun seluruh Alkitab mengandung ajaran yang penting ini. Jadi istilah ini tidak pernah muncul di seluruh Alkitab.[10] Tetapi istilah ini dipakai sejak awal bapa-bapa gereja, dan secara implisit istilah Trinitas ada di Alkitab.[11]
Allah Trinitas yang terdapat di dalam Kekristenan merupakan Allah yang Esa namun memiliki tiga pribadi. Kata Tri di dalam Trinitas berarti Tiga dan Nitas berarti Kesatuan. Oleh karena itu, Trinitas merupakan Tiga Pribadi Allah, yang adalah Allah Bapa (Pribadi Pertama), Allah Anak (Pribadi Kedua), Allah Roh Kudus (Pribadi Ketiga), adalah satu Allah. Ini mengambarkan akan keutuhan dari Allah Tritunggal.[12]
Kekristenan memiliki satu Allah dalam tiga Pribadi yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tetapi Bapa adalah Allah (Yohanes 20:17), Anak adalah Allah (Yohanes 1:1; Roma 9:5; Kolose 2:9; Ibrani 1:10 dst), dan Roh Kudus adalah Allah (Kejadian 1:2; Kisah Para Rasul 2; Roma 8; I Tesalonika 1:5).[13]
Sejarah Perkembangan Trinitas
Kendatipun kata Trinitas tidak terdapat dalam Alkitab. Akan tetapi Tertullianus sudah menggunakan kata itu pada abad 2 M, barulah pada abad 4 M kata ini mendapat tempat resmi dalam teologi Kristen. Menurut Lowry doktrin mengenai Allah Trinitas inilah yang menjadi ajaran Kristen yg paling khas, dan mencakup seutuhnya segenap unsur utama kebenaran yg diajarkan agama Kristen mengenai adanya kegiatan Allah. Teologi berusaha menerangkan keberadaan Allah dengan menyatakan, bahwa Allah satu dalam diriNya yg hakiki, tapi Ia berada dalam tiga cara atau bentuk, masing-masing merupakan Satu diri, namun dalam cara demikian hakikat Allah yang sebenarnya utuh dalam masing-masing diri.[14]
Dalam sejarah Gereja , perdebatan paling pelik terkait konsep Trinitas terjadi pada abad keempat. Paham Unitarian[15] adalah paham yang dipegang oleh bidat-bidat Tritunggal dalam sepanjang sejarah gereja. Dapat dikatakan bahwa semua bidat memegang presaposisi yang sama, yakni bahwa Allah itu esa dan hanya memiliki satu Pribadi. Arius yang mengawali perdebatan ini berpendapat bahwa, tidak mungkin Yesus Kristus bisa menjadi Tuhan dalam cara yang sama dengan Bapa-Nya. Alasannya adalah bahwa jika Allah itu esa maka Yesus tentu bukanlah Allah. Dengan demikian dia mengorbankan keilahian Kristus. Atau jika Allah itu esa dan Yesus juga disebut Allah, maka tentu Yesus adalah Allah yang lebih rendah dari Allah Bapa. Presaposisi Arius jelas, yakni menekankan keesaan pribadi Allah. Sabelius berpegang kepada presaposisi yang sama, namun menyimpang ke arah yang berbeda dengan mengatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus, hanyalah merupakan penampakan yang berbeda-beda dari satu pribadi Allah yang esa.[16]
Bahkan Arius mengatakan bahwa menyakini Yesus itu Ilahiah adalah sebuah penghujatan karena Yesus sendiri mengatakan bahwa Tuhan Bapa itu lebih agung dari Diri-Nya sendiri.[17]
Arius adalah seorang presbiter Kristen yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir, pada awal abad ke-4. Arius mengajarkan bahwa berbeda dengan Allah Bapa, Allah Anak tidak sama kekal dengan Sang Bapa. Ia mengajarkan bahwa Yesus sebelum menjelma menjadi manusia Dia adalah makluk Ilahi, namun Ia diciptakan oleh Sang Bapa pada suatu saat tertentu, oleh karena itu statusnya lebih rendah dari pada Sang Bapa. Sebelum penciptaan-Nya, Sang Putra belum ada. Yesus adalah suatu “Makluk”. Kata yang digunakan dalam pengertian aslinya adalah “Makluk Ciptaan” Allah yang maha kuasa dan yang maha tinggi.[18]
Penolakan yang dilakukan oleh Arius menyebabkan terjadinya pergolakan dalam tubuh Kristen sebab Arius adalah seorang Uskup yang cukup berpengaruh di wilayah Alexandria. Arius bermaksud menekankan perbedaan esensial antara Tuhan yang unik dengan semua makluk yang unik dan juga dengan semua makluk ciptaan-Nya.
Pada umumnya mayoritas Bapak Gereja menolak ajaran Arius yang dianggap tidak sesuai dengan Alkitab. Alexander, Uskup Alexandria menolak pemikiran Arius dan karena menjadi perdebatan di kalangan beberapa pimpinan jemaat maka diadakanlah konsili untuk membahas kontroversi ajaran Arius ini. Doktrin Tritunggal mulai diartikulasikan pada konsili Nicea yang pertama. Konsili ini diselengarakan atas prakarsa kaesar Konstantin pada musim panas tahun 20 Mei 325, untuk mengakhiri kontroversi yang muncul dikalangan umat Kristiani karena penolakan Arius terhadap keabadian dan ketuhanan Yesus. Konsili memutuskan bahwa Yesus diperanakkan, Ia tidak diciptakan dan memiliki substansial yang sama dengan Tuhan.[19]
Karena setelah konsili Nicea perdebatan mengenai konsep Tritunggal tidak juga berakhir kemudian doktrin ini diartikulasikan secara lengkap dalam konsili Konstantinopel yang pertama, konsili ini diselengarakan atas prakarsa kaisar Teodosius I pada tahun 381 M. Selain menegaskan ketuhanan penuh bagi Yesus, konsili ini juga menegaskan ketuhanan bagi Roh Kudus dan mengutuk orang-orang yang menolaknya sebagai satu induvidu yang berbeda dalam misteri Trinitarian dari Tuhan. Pada saat konsili inilah untuk pertama kalinya Tritunggal dalam susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas.[20]
Tritunggal selanjutnya didefinisikan lebih lengkap dalam kredo Athanasia. Kredo ini diambil dari nama Athanasius karena dia berhasil memaksakan teologinya kepada para delegasi dan di bawah kaisar. Athanasius adalah Bishop di Alexandria, yang sangat menekankan pada Ketritunggalan Allah dan Keilahian Yesus Kristus. Hampir seluruh hidup Athanasius diabdikan untuk melawan Arianisme (ajaran Arius). Ia melihat ke-Allah-an Yesus Kristus sebagai dasar seluruh iman Kristen. Athanasius berjuang begitu keras untuk membawa orang sampai pada pengakuan ke-Allah-an Yesus Kristus karena ia melihat bahwa keselamatan manusia bergantung pada-Nya. Sebab hanya Yesus Kristus yang Ilahi, yang dapat menyelamatkan manusia.[21]
Hanya Arius dan dua orang sahabatnya yang berani menentang dan tidak menyukai kredo Athanasius. Namun demikian kredo pun akhirnya menjadi doktrin resmi Kristen untuk pertama kalinya. Kredo Athanasius berbunyi demikian:
Kita menyembah Allah Yang Maha Esa (itu) dalam ketritunggalan-Nya, dengan tidak mencampurbaurkan kepribadian-kepribadian-Nya dan tidak memisah-misahkan hakikat-Nya; sebab ada satu kepribadian yang adalah Bapa, satu kepribadian yang adalah Anak, dan satu kepribadiaan yang adalah Roh Kudus, namun ke Allah-an terdiri dari Sang Bapa, Sang Anak dan Sang Roh Kudus yang adalah esa dengan kemuliaan yang sama dan berkerajaan yang sama kekalnya. Seperti Sang Bapa ada, demikian pula Sang Anak ada dan Sang Roh Kudus ada; Sang Bapa tidak diciptakan, Sang Anak tidak diciptakan, dan Sang Roh Kudus tidak diciptakan. Sang Bapa melebihi segala akal manusia, Sang Anak melebihi segala akal manusia, dan Sang Roh Kudus melebihi segala akal manusia. Sang Bapa adakah kekal, Sang Anak adalah kekal dan Sang Roh Kudus adalah kekal; namun tidak ada tiga Allah yang kekal, melainkan (hanya ada) satu Allah yang kekal. Demikian pula tidak ada tiga Allah yang melebihi segala akal manusia, atau tiga Allah yang diciptakan, melainkan (hanya ada) satu Allah yang tidak diciptakan, yaitu satu Allah yang melebihi segala akal manusia. Dan demikianlah (juga) ada Bapa yang mahakuasa, Anak yang mahakuasa dan Roh Kudus yang mahakuasa. Namun tidak ada tiga yang Mahakuasa; melainkan (hanya ada) satu yang Mahakuasa. Sang Bapa adalah Allah, Sang Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan (hanya ada) Allah. Demikian (pula) Sang Bapa adalah Tuhan, Sang Anak adalah Tuhan, dan Sang Roh Kudus adalah Tuhan, namun tidak ada tiga Tuhan, melainkan (hanya ada) satu Tuhan.[22]
Ternyata konsep Tritunggal yang dicetuskan oleh Gereja, jauh pada abad ke-4 yang lalu, telah berakar begitu kuat bagi kepercayaan umat Kristiani pada masa-masa setelahnya. Itu terlihat jelas dalam pembaptisan para anggota jemaat baru, dalam upacara pembaptisan tersebut pendeta selalu membaptis dengan menyebut nama Tuhan Bapa, Anak, dan Roh Kudus.[23]
Pada akhir abad ke-19 ajaran anti Trinitarian, Arianisme muncul kembali dengan sebutan Arianisme modern yakni Saksi Yehuwa juga berbagian dalam presaposisi yang sama dengan mengatakan bahwa hanya ada satu Allah yang esa yakni Yehuwa dan Yesus merupakan ciptaan Yehuwa yang mula-mula.[24]
Saksi-Saksi Yehuwa (Jehova Witness) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai “Siswa-Siswa Alkitab” namun juga sering mengaku sebagai Kristen (tetapi ajarannya bersifat antitesa terhadap Kekristenan).[25]
Saksi-Saksi Yehuwa sebagaimana namanya adalah Saksi-Saksi dari Yehuwa lantas siapakah Yehuwa itu? Yehuwa adalah nama yang diberikan Allah atas diri-Nya sendiri sebagaimana disebutkan di dalam Alkitab. Itu adalah nama pribadi bukan sekedar sebutan seperti Tuhan. Sepanjang sejarah, siapa yang memberikan kesaksian tentang kemuliaan Yehuwa pada dasarnya bisa disebut Saksi dari Yehuwa. kata Saksi-Saksi Yehuwa sendiri diambil dari Alkitab, Yesaya 43:10,11 yang berbunyi: “Kamulah Saksi-Saksi-Ku” demikian ucapan Yehuwa, jadi dapat disimpulkan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa adalah orang-orang yang menjadi Saksi-Saksi dari Yehuwa (Tuhan).[26]
Saksi-Saksi Yehuwa bukan hanya anti Tritunggal namun Saksi-Saksi Yehuwa juga menganggap bahwa ajaran Tritunggal tersebut banyak dipengaruhi oleh dewa-dewi Babel dan Mesir. Saksi-Saksi Yehuwa juga menganggap bahwa konsep Tritunggal ini banyak pula diadopsi dari pemikiran filsafat Plato, seorang filosof yang lahir sekitar empat abad sebelum Yesus, Saksi-Saksi Yehuwa beranggapan bahwa meskipun Plato tidak mengajarkan Tritunggal dalam bentuknya sekarang, namun filsafatnya membuka jalan untuk itu.[27]
Belakangan, gerakan filsafat yang mencakup kepercayaan kepada kelompok-kelompok tiga serangkai bermunculan, dan semua ini dipengaruhi oleh gagasan Palto mengenai Allah dan alam.[28] Konsep Tritunggal menurut Plato, sebenarnya hanya penulisan kembali Tritunggal-Tritunggal yang lebih tua dan berasal dari orang-orang zaman dulu, dan yang menolak konsep tersebut menganggap Tritunggal merupakan warisan dari agama-agama maupun kepercayaan-kepercayaan kuno dan sehingga konsep mengenai Tritunggal merupakan ajaran kafir.[29] Bahkan dengan lebih ekstrim lagi menyebut ajaran tersebut berasal dari setan, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh susunan gereja sejak abad ke-4.[30]
Ajaran Alkitab Tentang Trinitas
Memang secara terminology istilah ini tidak muncul dalam Alkitab baik kitab Perjanjian Lama maupun kitab Perjanjian Baru.[31] Namun seluruh Alkitab mengandung ajaran yang penting ini. Dibawah ini akan dijelaskan ajaran Trinitas dalam kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru.
Ajaran Trinitas Dalam Perjanjian Lama
Dalam kitab Perjanjian Lama, ajaran Trinitas sudah tersirat dalam penyataan diri Allah sejak masa penciptaan. Dalam riwayat penciptaan, Allah mencipta melalui Firman dan Roh (Kejadian 1:3). Di sini pertama kalinya diperkenalkan Firman Allah sebagai pribadi yg mempunyai kuasa mencipta, dan sekaligus diperkenalkan Roh Allah sebagai pembawa hidup dan ketertiban bagi seluruh ciptaan itu. Jadi dari sejak proses penciptaan Allah sudah menyatakan diriNya dalam proses kegiatan yang dilakukan oleh tiga pribadi dalam kesatuan. Allah sebagai Pencipta membuat alam semesta sebagai karya pikiran-Nya, mengungkapkan pikiran-Nya itu dalam wujud Firman, dan membiarkan RohNya bekerja sebagai asas yg menghidupkan. Justru alam semesta tidak terpisah atau lepas dari Allah, juga tidak bertentangan dengan Dia.[32]
Di dalam Perjanjian Lama dijelaskan bahwa Allah yang satu itu memiliki pribadi yang jamak. Ada banyak ayat-ayat di dalam Perjanjian Lama yang menyatakan mengenai Allah yang satu namun memiliki pribadi yang jamak atau disebut lebih dari satu pribadi.
Kejadian 1:26 pernah dianggap menyatakan secara tidak langsung, bahwa penyataan Allah Tritunggal telah diberikan kepada manusia saat ia diciptakan, atas dasar bahwa manusia akan diberi persekutuan ilahi, tapi pemberian ini kemudian hilang karena manusia jatuh ke dalam dosa. Kegiatan Allah dalam penciptaan dan pemerintahan-Nya kemudian dihubungkan dengan Firman yg dipersonifikasikan sebagai Hikmat (Amsal 8:22 dab; Ayub 28:23-27), juga dihubungkan dengan Roh sebagai Pembagi segala berkat dan sumber kekuatan badani, semangat, kebudayaan dan pemerintahan (Keluaran 31:3; Bilangan 11:25; Hakim-Hakim 3:10).[33]
Walaupun Kejadian 1:3, 26 berbicara mengenai Tritunggal, namun di dalam Kejadian 19:24 juga merupakan indikasi mengenai pembedaan di dalam Allah. Dalam Kejadian 16:13, Hagar menyebut Malaikat TUHAN sebagai “Engkaulah El-Roi (Engkau Allah yang melihatku).” Suatu pembedaan lebih lanjut di dalam Trinitas terlihat diindikasikan di dalam perikop seperti:
- Mazmur 33:6 “Oleh Firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.”
- Amsal 3:12-31 “Hikmat” dipersonifikasikan dan dibedakan dari Pencipta.
- Yesaya 48:6 “Mendekatlah kepadaku, dengarlah ini: Dari dahulutidak pernah Aku berkata dengan sembunyi dan pada waktu hal itu terjadi Aku ada di situ. Dan sekarang Tuhan Allah mengutus aku dengan Roh-Nya.”
- Yesaya 63:10 “Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.” Roh dinyatakan sebagai pribadi yang berbeda.
- Mazmur 45:7-8 “Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”
- Mazmur 110:1 “Demikianlah Firman TUHAN kepada tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”
- Yesaya 61:1 “Roh Tuhan ALLAH ada pada-Ku.”[34]
Tiga yang satu seutuhnya sebagai sumber kegiatan yg dinyatakan dalam penciptaan alam semesta, nampak lebih jelas lagi dalam peristiwa penebusan orang berdosa. Penyataan penebusan itu dipercayakan kepada “Malaikat Yahweh” (Keluaran 3:2) yang kadang-kadang disebut Malaikat Perjanjian. Dan setiap ayat Perjanjian Lama yang mengandung ungkapan ini merujuk kepada diri Allah, sebab jelas bahwa dalam ayat-ayat seperti 2 Samuel 24:16; 1 Raja-Raja 19:5; 2;Raja-Raja 19:35, rujukan itu mengartikan makhluk ilahi dengan kuasa ilahi yg ditugasi untuk melaksanakan tugas khusus, tetapi dalam beberapa ayat misalnya Kejadian 16:7; 24:7 dan 48:16 Malaikat Allah tidak hanya memakai nama Allah, tapi juga mempunyai martabat dan kekuasaan Allah, menyelenggarakan penyelamatan oleh Allah dan menerima penghormatan dan pemujaan yang sepatutnya hanya kepada Allah. Roh Allah juga diberi tempat khas dalam sejarah penyataan dan penebusan. Roh memperlengkapi Mesias untuk pekerjaan-Nya (Yesaya 11:2; 42:1; 61:1) dan memperlengkapi umat-Nya untuk menanggapi Mesias dengan iman dan ketaatan (Yoel 2:28; Yesaya 32:15; Yehezkiel 36:26-27). Jadi Allah yang menyatakan diri-Nya secara objektif melalui Malaikat Utusan, juga menyatakan diri-Nya secara subjektif dalam dan melalui Roh Allah, Sang Pembagi segala berkat dan karunia-karunia dalam rangka penebusan.[35]
Ajaran Tritunggal Dalam Perjanjian Baru
Di dalam Perjanjian Baru, ajaran mengenai Tritunggal menjadi sangat jelas seperti yang tercatat di dalam Alkitab dan ini merupakan ayat-ayat yang paling jelas mengenai Tritunggal, dimana ketiga Pribadi tampil secara bersamaan. Anak dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Roh Kudus turun dalam rupa merpati, dan Bapa berkata dari sorga. Matius 3:16-17 “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi kepada-Nyalah Aku berkenan.” Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” 2 Korintus 13:13 “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”[36] Yohanes 1:14, 18 “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Ibrani 1:2-6; Kolose 1:15-17). Yohanes 15:26 “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” Dan Galatia 4:6 “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!” Ayat-ayat ini merupakan bukti yang jelas dalam Perjanjian Baru.[37]
Menurut Cornelius Van Till, pernyataan yang standar mengenai Allah Tritunggal adalah bahwa kita percaya kepada satu Allah yang memiliki satu esensi (hakekat) tetapi di dalamnya terdapat tiga Pribadi yang berbeda. Masing-masing Pribadi tersebut eksis bersama-sama secara kekal dalam satu esensi yang identik.[38]
Kesetaraan Yesus Kristus Dengan Allah Bapa
“Bapa lebih besar dari pada Aku” (Yohanes 14:28) merupakan ayat favorit dari para penentang ajaran Tritunggal. Arius memakai ayat ini untuk memperlihatkan akan kelemahan dari ajaran Kristen tentang keilahian Yesus Kristus. Menurut Arius, Yesus Kristus lebih rendah hakikatnya dari sang Bapa, Ia tidak sama dengan Allah.[39]
Sebenarnya, ungkapan dalam Yohanes 14:28 memiliki konteks pemahaman orang Yahudi mengenai relasi antara seorang utusan dan yang mengutus, yaitu seseorang yang diutus menjadi wakil dari sang pengutus secara penuh. Ia sepenuhnya menghadirkan sang pengutus di tempat di mana ia berada. Sebab seluruh Injil Yohanes ditulis dengan dasar pemikiran tentang pengutusan Anak oleh sang Bapa. Yesus hadir sebagai utusan Allah. Jadi sangat jelas bahwa Yohanes 14:28 sama sekali tidak berbicara mengenai status keilahian Yesus Kristus sebagai yang lebih rendah dari Allah Bapa justru status Yesus Kristus sebagai utusan Allah. Yesus, sang Anak, bersedia untuk meninggalkan keilahian-Nya dan menjadi rendah dalam rangka menjalankan tugas yang Ia emban dari Allah.[40]
Yesus bukan Allah yang lebih rendah dari sang Bapa, seperti pengajaran-pengajaran yang dipropagandakan oleh beberapa orang. Arius salah satunya. Arius adalah pentolan utama dari ajaran ini. Pada tahun 325 M pada konsili Nicea ajaran Arius telah dikutuk oleh Gereja sebab ajarannya tidak sesuai dengan Alkitab.[41]
Alkitab dengan sangat tegas mengatakan bahwa Yesus adalah Allah, setara, dan sehakekat dengan sang Bapa (Yohanes 1:1-3), dengan demikian barangsiapa yang melihat Yesus Kristus, ia telah melihat sang Bapa (Yohanes 14:9-10, 20). Sebab di dalam Yesus Kristus berdiam secara jasmani kepenuhan Allah (Kolose 2:9).[42]
Menurut Ebenhaizer I. Nuban Timo, makna iman kepada Allah Tritunggal adalah bahwa dalam Allah ada kejamakan, ada pluralitas sebab kebhinekaan dalam Allah berelasi begitu rupa sehingga terciptalah keharmonisan, melahirkan keindahan. Dan cara berada yang berbeda-beda dalam Allah itu tidak ingin ada untuk diri sendiri dan tanpa cara yang lain, dikarenakan yang satu tidak berdiri diatas dan yang lain berada dibawah. Allah Tritunggal selalu ada bersama-sama dan saling mengisi. Pribadi yang satu memberi diri sepenuhnya kepada pribadi yang lain dan sebaliknya.[43]
Kedatangan Yesus Kristus benar-benar telah menyatakan dan memperkenalkan Pribadi Allah melalui Roh Kudus. Sebab kasih Allah yang ditunjukkan melalui Pribadi Anak yaitu Yesus Kristus dan melalui kedatangan-Nya membawa keselamatan bagi manusia yang telah jatuh di dalam dosa.[44]
Disamping itu, berdasarkan perjanjian penebusan antara Bapa dan Anak, maka perjanjian anugerah mulai diadakan. Perjanjian ini diadakan antara Tritunggal di pihak Allah yang penuh dengan belas kasihan dan kemurahan dengan manusia yang tanpa pengharapan. Akar dari perjanjian ini sudah ada di taman Eden sesaat setelah manusia jatuh di dalam dosa.[45]
Klaim-klaim Kristus sendiri muncul diseluruh Kitab-kitab Injil, baik secara langsung muapun tidak langsung. Hampir-hampir segala sesuatu yang Yesus katakan merupakan klaim yang tidak langsung bagi keilahian-Nya. Pada saat Yohanes Pembaptis datang untuk menyatakan kedatangan kerajaan Allah yang sudah dekat, ia menunjuk kepada Yesus Kristus yang akan menjadi pewahyuan kerajaan itu. Ketika Yesus datang, khotbah pertama-Nya sendiri merupakan pengumuman tentang tibanya kerajaan itu. “Waktunya telah genap; kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15). Kemudian Yesus berkata tentang diri-Nya ketika berbicara kepada orang-orang Farisi, “Kerajaan Allah ada diantara kamu” (Luk 17:21). Bahkan nubuat-nubuat Perjanian Lama adalah tentang Dia dan digenapi di dalam Dia. Sebab semua perkataan Kristus tentang Perjanjian Lama termasuk di dalam kategori itu.[46]
Di dalam keempat Injil dan bahkan di dalam keseluruhan Alkitab sangat jelas berbicara tentang siapa Yesus Kritsus itu? Banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa Dia adalah Allah, Anak Allah, dan Tuhan :
Yesus Kristus Disebut Allah
- Yohanes 1:1 “Firman adalah Allah.”
- Ibrani 1:8 “Tetapi tentang Anak Ia berkata: Takhta-Mu ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.”
- Yohanes 1:8 “Anak dalam pangkuan” terjamahan yang baik adalah “Only begotten God”, ini menunjukkan keilahian Kristus yang mutlak.
- Yohanes 20:28 ini bukan suatu ekspresi yang timbul dari keterkejutan, melainkan suatu pengakuan iman kepercayaan, Kristus pun menerima pengakuan tersebut, maka ini berarti suatu pengakuan keilahian-Nya.
- Roma 9:5 “Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.”
- Titus 2:13 “Ia adalah penyataan kemuliaan Allah yang maha besar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”
- 1 Yohanes 5:20 “Di dalam Anak-Nya Yesus Kristus Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.”
Tentu merupakan hal yang penting dimana Yesus Kristus yang adalah Firman itu, tentu saja Ia adalah Allah.
Yesus Kristus Disebut Tuhan
- Matius 22:43-45 “Daud menyebut Yesus sebagai Tuhan.”
- Matius 26:22 “Bukan aku, ya Tuhan?” murid-murid berkata tentang Dia.
- Markus 2:28 “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
- Lukas 6:46 manusia menyebut Dia “ya Tuhan, ya Tuhan.”
- Yohanes 13:13 “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat.”
- Kisah Para Rasul 4:33; 9:17; 10:36; 26:15.
Yesus Kristus bukan hanya sebagai Tuhan, terlebih lagi Tuhan atas segala yang dipertuankan. 1 Timotius 6:15; Wahyu 19:6 menyebut Yesus sebagai Tuhan yakni mengakui keilahian-Nya; Dia adalah Allah.[47]
Nama Allah Bapa dan nama Anak adalah setara, dimana menyatakan suatu kedudukan, kuasa dan sifat yang sama.
- II Korintus 13:14 “anugerah Tuhan Yesus, kasih Allah Bapa persekutuan Roh Kudus.”
- Roma 16:20 “Allah sumber damai dan kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu.”
- Efesus 6:23 “Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara.”
- Filipi 1:2 “kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”
- Efesus 1:2 “kasih karunia menyertai kamu dan sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus.”
- Galatia 1:3 “kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.[48]
Yesus Kristus Disebut Anak Allah
- Murid-murid-Nya menyebut-Nya Anak Allah.
- Matius 16:16-17; Matius 14:33; Matius 9:29.
- Markus 1:1; Markus 14:61; Markus 5:7.
- Lukas 1:34; Lukas 4:41.
- Yohanes 1:8.
- Yesus menyebut Diri-Nya Anak Allah.
- Yohanes 5:25; 10:36; 11:4.
- Markus 12:6.
- Yohanes 5:18.
- Allah Bapa menyebut Dia sebagai “Anak-Ku yang Kukasihi.”
- Matius 3:17; 2:15; 17:5.
- Markus 1:11; 9:7.
- Lukas 1:35; 3:22; 9:35.
- Yesus disebut Anak Tunggal Allah.
- Yohanes 1:14; 1:18; 3:16, 18; 1 Yohanes 4:9.
- Yohanes 1:12-13; 10:35.
- Roma 8:29.
Murid-murid, orang lain, bahkan iblis pun menyebut Kristus sebagai Anak Allah, tetapi Kristus tidak pernah menolak sebutan ini. Bahka ini merupakan kesaksian Allah Bapa terhadap manusia, membuktikan apa yang dikatakan Yesus adalah benar, dan Allah Bapa pun mengakui Dia sebagai Anak Allah.
Peranan Roh Kudus
Peranan Roh Kudus di dalam alam semesta terlihat dalam riwayat ciptaan, di mana Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air untuk menghasilkan keteraturan pada keadaan yang belum berbentuk dan kosong (Kej. 1:2). Dan Roh Allah sangat berperan penting di dalam kehidupan manusia bahkan Dia sebagai sumber yang berkesinambungan.[49]
Sebelum Roh Kudus berperan secara aktif di dalam kehidupan para murid-murid, terlebih dahulu Yesus telah menjanjikan akan datangnya yaitu Roh Kudus yang adalah Penghibur bagi para murid-murid.[50]
Rasul Paulus menjelaskan bahwa Roh Kudus selalu berarti Allah, bukan saja sebagai suatu kehadiran di dalam diri manusia, tetapi sebagai suatu kuasa yang turun dari atas, sedemikian rupa sehingga dalam Roma 8:26, doa orang Kristen di pahami sebagai yang ilahi di dalam diri manusia yang berseru kepada yang Ilahi di atas manusia: “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuia dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”[51]
Roh Kudus adalah Allah di dalam Kristus yang kini sedang bekerja diantara umat-Nya. Sebab berada di dalam Kristus sama dengan berada di dalam Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memberi terang kepada para Rasul sehingga para Rasul dapat mengerti maksud atau tujuan Allah di dalam Kristus (1 Korintus 2). Roh Kuduslah yang melimpahkan segala karunia rohani (1 Korintus 12), dan Roh Kuduslah yang mengikat antara pria dan wanita menjadi satu dalam persekutuan Kristiani (Filipi 2:1; 2 Korintus 13:13), dan yang mendorong manusia untuk berseru “Abba, Bapa” (Roma 8:15). Karena melalui Roh Kudus itulah “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati setiap kita” (Roma 5:5); dan jikalau kehidupan Kristen menyatakan “kasih, sukacita, damai” dan segala kebajikan lainnya, maka itu semua adalah buah-buah Roh (Galatia 5:22).[52]
Implikasinya Bagi Pemikiran Kristen Masa Kini
Ajaran tentang Trinitas merupakan ajaran yang penting dalam kehidupan Kekristenan. Ajaran ini merupakan ajaran pokok yang harus dipahami oleh orang percaya. Namun dalam kenyataannya akaran Trinitas merupakan salah satu ajaran pokok Kristen yang sulit dipahami. Sampai saat ini para pemikir Kristen masih terus berdebat terkait ajaran Trinitas. Ada beberapa faktor penyebabnya yaitu:
- Harus bias mempertanggung jawabkan ajaran Trinitas. Adanya bidat Kristen yang terus menerus mengajarkan bahwa ajaran Trinitas itu tidak Alkitabiah. Salah satunya adalah saksi-saksi Yehuwa. Seperti yang sudah penulis jelaskan diatas, Saksi-Saksi Yehuwa anti Tritunggal. Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa ajaran Tritunggal tersebut banyak dipengaruhi oleh dewa-dewi Babel dan Mesir. Saksi-Saksi Yehuwa juga menganggap bahwa konsep Tritunggal ini banyak pula diadopsi dari pemikiran filsafat Plato..[53] Disinilah tanggung jawab orang percaya untuk terus menjelaskan, meluruskan dan mengajarkan ajaran yang benar tentang Trinitas.
- Membuat penjelasan tentang ajaran Trinitas yang mudah dipahami. Ini tidak mudah. Sebab ajaran Trintas menjelaskan bahwa Kekristenan memiliki satu Allah dalam tiga Pribadi yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tetapi Bapa adalah Allah (Yohanes 20:17), Anak adalah Allah (Yohanes 1:1; Roma 9:5; Kolose 2:9; Ibrani 1:10 dst), dan Roh Kudus adalah Allah (Kejadian 1:2; Kisah Para Rasul 2; Roma 8; I Tesalonika 1:5).[54] Inilah bagian yang rumit dijelaskan. Bagaimana mungkin dalam satu Allah ada tiga pribadi? Memang sudah banyak teolog mencoba menjelaskannya dengan berbagai ilustrasi dan penggambaran. Misalnya ilustrasi tentang telor, tentang matahari atau ilustrasi tentang segitiga sama sisi. Namun dalam kenyataannya ilustrasi dan penggambaran itu masih belum mampu untuk menjelaskan tentang konsep Trinitas. Walaupun begitu sebagai pemikir Kristen kita harus terus mencoba dalam pimpinan Roh Kudus untuk bias menjelaskan ajaran Trinitas dengan benar.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bavink, Herman. Dogmatika Reformed, Jilid II Allah dan Penciptaan, Surabaya: Momentum, 2012.
Boice, James Montgomery. Dasar-Dasar Iman Kristen, Surabaya: Momentum, 2011.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika I, Doktrin Allah, Surabaya: Momentum, 2000.
Damaputera, Eka. Menjadi Saksi Kristus, PT BPK Gunung Mulia, 2017.
Frame, John M. APOLOGETIKA Bagi KEMULIAAN ALLAH, Surabaya: Momentum, 2011.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 2, PT BPK Gunung Mulia, 2012
Herlianto. Saksi Yehuwa, Siapa dan Bagaiman Mereka?, Bandung : Kalam Hidup, 1996.
Hwang, Thomas. Apa Tujuan Dari Penciptaan, Sidoarjo : AMI Antioch Misions International, 2016.
Matalu, Muriwali Yanto. Dogmatika Kristen, dari Perspektif Reformed, Malang, GKKR. Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017.
Matalu, Yanto Muriwali Matalu. Supremasi Tritunggal Dan Kepalsuan Paham Unitarian, Malang: Journal STT SALEM, 2011.
Niftrik, G. J. Van dan B. J boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 2015.
Til, Cornelius Van, Pengantar Theologi Sistematik: Prolegomena dan Doktrin Wahyu, Alkitab, dan Allah, Surabaya : Momentum 2010
Timo, Ebenhaizer Nuban. Aku Memahami Yang Aku Imani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Tong, Stephen Allah Tritunggal, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996.
Wongso, Peter. Kristologi, Malang : Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1988.
BAHAN-BAHAN ELEKTRONIK
http://azzahraku.multiply.com//video/item/37.
http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=TRITUNGGAL,%20TRINITAS.
http://gerejalaheroituaksabu.blogspot.com/2015/01/pengakuan-iman.html.
[1] Istilah Trinitas dalan makalah ini sinonim dengan istilah Tritunggal. Oleh karena itu apabila dituliskan istilah Trinitas itu artinya sama dengan Tritunggal.
[2]Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami Yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 1.
[3]Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1, Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2000), hlm 147.
[4] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), hlm 237.
[5] Ibid, hlm 239.
[6] Ibid, hlm 241.
[7]Cornelius Van Til, Pengantar Theologi Sistematik: Prolegomena dan Doktrin Wahyu, Alkitab, dan Allah, (Surabaya : Momentum 2010), hlm 404.
[8]Ibid, hlm 404.
[9]Budi Asali, Menyangkal Saksi Yehovah, (Jakarta: Visimedia, 2006), hlm 12.
[10]Stephen Tong, Allah Tritunggal, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), hlm 1.
[11]Ebenhaizer Nuban Timo. Aku Memahami Yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 549.
[12]Thomas Hwang. Apa Tujuan Penciptaan?, (Sidoarjo: AMI Indonesia, 2016), hlm, 9.
[13]John M. Frame. APOLOGETIKA bagi KEMULIAAN ALLAH, (Surabaya: Momentum, 2011), hlm 63.
[14]http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=TRITUNGGAL,%20TRINITAS.Di akses di Sidoarjo 4 Mei 2019
[15]paham Unitarianisme merupakan Teologi yang berkembang jauh sebelum Reformasi Protestan. Setelah Konsili Nicea pada tahun 325 yang merupakan titik tolak pertentangan antara Unitarian dan Trinitarian yang mana kemudian dimenangkan oleh Trinitarian, maka aliran Unitarian tersebut dianggap sebagai aliran sesat. Termasuk diantaranya salah satu tokoh Unitarian, Arius yang kemudian dihukum dan dianggap sesat dan di ekskomunikasikan oleh gereja saat itu hingga dia wafat.
[16]Yanto Muriwali Matalu, Supremasi Tritunggal Dan Kepalsuan Paham Unitarian, (Malang: Journal STT SALEM, 2011), hlm 31.
[17]Ibid, hlm 32.
[18]http://azzahraku.multiply.com//video/item/37 . Akses tanggal 4 Mei 2019
[19]Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal. (Jakarta: Siswa-Siswa Alkitab, 2005), hlm 8.
[20]Ibid, hlm 9.
[21]http://gerejalaheroituaksabu.blogspot.com/2015/01/pengakuan-iman.html
[22]http://gerejalaheroituaksabu.blogspot.com/2015/01/pengakuan-iman.html
[23]Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 2005), hlm 4.
[24]Yanto Muriwali Matalu, Supremasi Tritunggal Dan Kepalsuan Paham Unitarian, (Malang: Journal STT SALEM, 2011), hlm 32.
[25]Ibid.
[26]Budiman Prihadi, Jehova Witness, http://www.yabina.org/htm, akses tanggal 5 Mei 2019
[27]Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 2005), hlm 11.
[28]Ibid, hlm 12.
[29]Ibid, hlm 27.
[30]Herlianto, Saksi-Saksi Yehuwa 2, http://www.wikipedia.com/htm, akses tanggal 4 Mei 2019
[31]Stephen Tong, Allah Tritunggal, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), hlm 1.
[32]http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=TRITUNGGAL,%20TRINITAS.Di akses di Sidoarjo 20 Juli 2017 09:19.
[33]Cornelius Van Til, Pengantar Teologi Sistematik: Prolegomena dan Doktrin Wahyu, Alkitab, Allah, (Surabaya: Momentum, 2010), hlm 400
[34]Ibid, hlm 401-430.
[35]Ibid, hlm 430-441.
[36]Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), hlm 246.
[37]Cornelius Van Til, Pengantar Theologi Sistematik: Prolegomena dan Doktrin Wahyu, Alkitab, dan Allah, (Surabaya : Momentum 2010), hlm 402
[38]Ibid, hlm 247.
[39]Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami Yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 10
[40]Ibid, hlm 13.
[41]Ibid, hlm 10.
[42]Ibid, hlm 11.
[43]Ibid, hlm 92.
[44]G. J. Van Niftrik dan B. J boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 2015), hlm 83.
[45]Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, dari Perspektif Reformed, (Malang, GKKR. Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), hlm 448.
[46]James Montgomery Boice. Dasar-Dasar Iman Kristen, (Jakarta, Momentum, 2011), hlm 306.
[47]Peter Wongso, Kristologi, (Malang : Seminar Alkitab Asia Tenggara, 1988), hlm 3-6
[48] Ibid, hlm 29.
[49]Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (PT BPK Gunung Mulia, 2012), hlm 139.
[50]Eka Darmaputera, Menjadi Saksi Kristus, (PT BPK Gunung Mulia, 2017), hlm 2.
[51] A. M. Hunter, Yesus Tuhan dan Juruselamat, (Indonesia : BPK Gunung Mulia, 1987), hlm 112.
[52] Ibid, hlm 112-113.
[53]Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal. (Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 2005), hlm 11.
[54]John M. Frame. APOLOGETIKA bagi KEMULIAAN ALLAH, (Surabaya: Momentum, 2011), hlm 63.