
Pantheisme merupakan salah satu paham yang banyak berkembang dalam kehidupan keagamaan saat ini. Paham ini menarik sebab memiliki ajaran yang berbeda dengan agam atau kepercayaan yang ada. Dimana Pantheisme menekankan akan penyembahan kepada alam. Herlianto mengatakan paham Pantheisme merupakan paham yang saat ini banyak dianut oleh aliran atau agama tertentu yang mendewakan akan alam. Para penganut peham ini menganggap bahwa alam adalah Allah. Oleh karena itu mereka selalu menekankan akan penyembahan kepada alam.1 Dari penjelasan diatas jelas bahwa pandangan paham Pantheisme itu jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang analisa kritis ajaran Pantheisme tentang Allah dipandanga dari sudut Kekristenan.
Apa itu Pantheisme
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata ‘Pantheisme’ berarti paham yang mengajarkan bahwa Allah dan alam itu sama.2 Dimana Allah itu ada dalam alam dan akhirnya alam itu adalah Allah. Oleh karena itu paham ini selalu menganggap bahwa Allah ada dimana mana. Baik itu di gunung, di batu, di pohon dan lain-lain.
Paham ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Biasanya para penganut agama-agama suku memiliki pemahaman akan keberadaan Allah yang ada dalam alam semesta. Tetapi paham ini baru muncul secara modern pada abad ke-17. Hadiwijono mengatakan konsep tentang kesatuan antara Allah dan alam pertama kali dirumuskan secara modern oleh Baruch Spinosa pada abad ke-17.3 Brown mengatakan Spinosa lahir di Amsterdam dari orang tua Yahudi. Walaupun dilahirkan sebagai orang yahudi, Spinosa mmemiliki pemikiran yang bebas. Dimana tulisan-tulisannya cenderung mengkritik Alkitab. Sehingga akhirnya ia menjadi seorang yang pantheistic.4 Brown menambahkan dasar pemikiran Spinosa berasal dari Descartes. Seperti Descartes, Spinosa memulai dengan ide-ide yang jelas dan nyata. Ide dasarnya berkenaan dengan subtansi yang didefinisikannya sebagai yang berada oleh dirinya sendiri dan dimengerti melalui dirinya sendiri. Dari sini Spinosa terus mengemukakan bahwa hanya ada satu substansi dan subtansi ini dapat dipandang sebagai Allah atau alam. Allah tidak berada diluar alam melainkan di dalam alam. Berbicara tentang Allah atau alam, sebenarnya kita sedang berbicara tentang hal yang sama.5 Apa yang dijelaskan Brown diatas didukung oleh Hadiwijono yang mengatakan bagi Spinosa hanya ada satu subtansi. Yang dimaksud dengan subtansi adalah apa yang ada dalam dirinya sendiri dan yang mengalaskan pengertian yang mengenainya pada dirinya sendiri, artinya : yang pengertiannya tidak memerlukan pengertian dari sesuatu yang lain dengannya ia harus dibentuk. Jadi subtansi adalah sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung kepada apapun juga yang lain. Subtansi yang demikian itu tentu hanya ada satu saja, sebab seandainya ada dua subtansi semacam itu, tentu akan ada nisbah antara keduanya. Padahal pengertian nisbah mengandung didalamnya pengertian ketergantungan. Subtansi yang satu itu adalah Allah, yang esa, tiada batasnya secara mutlak. Berdasarkan keyakinan ini maka segala sesuatu yang terbatas, dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri, melainkan tergantung keopada subtansi yang satu itu. Subtansui yang satu itu berada didalam segala sesuatu yang beraneka ragam ini. Segala yang beraneka ragam mewujudkan cara berada subatansi yang satu tadi. Disini kesatuan antara Allah dan alam semesta untuk pertama kali diberi rumusan secara modern. Subtansi ini memiliki sebabnya dalam dirinya sendiri. Hakekat (essentia)-nya mencakup juga keberadaan (existential)-nya. Hakekatnya ditentukan oleh atribut-atribut atau sifat-sifat asasinya yang tiada batasnya. Tiap sifat asasi dengan cara yang sempurna mengungkapjkan hakekat atau esensinya yang kekal dan tak terbatas itu. Akan tetapi segala hal yang konkrit, yaitu dunia yang beraneka ragam ini, adalah modi atau cara berada subtansi yang satu itu. Sehingga Allah dan alam pada hakekatnya adalah satu.6 Ide-ide Spinosa diatas ternyata sangat menarik banyak perhatian para filsuf dan teolog pada abad pertengahan. Beberapa filsuf mulai mengikuti ajaran Spinosa sehingga akhirnya paham Pantheisme berkembang sangat pesat. Thissen mengatakan sejak abad ke-17, paham Pantheisme begitu berkembang pesat. Banyak tokoh-tokoh terpengaruh dan akhirnya menjadi pengikut paham itu. Para tokoh itu diantaranya : David Straus, G W Leibniz, dan lain-lain.6 Pada zaman sekarang ini Pantheisme juga terus berkembang. Walaun dalam pelaksanaanya penganut Pantheisme tidak langsung menyebut diri sebagai penganut paham Pantheisme.
Ajaran Paham pantheisme Tentang Allah.
Secara umum ajaran Pantheisme tentang Allah sangat bertentangan dengan ajaran kekristenan. Sebab ajaran – ajaran Pantheisme sangat berbeda dan bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Ajaran pantheisme itu diantaranya :
- Allah adalah alam semesta dan alam semesta adalah Allah.
Paham Pantheisme mengajarkan bahwa Allah dan alam semesta itu begitu menyatu sehingga tidak dapat dibedakan. Allah itu adalah alam semesta dan alam semesta itu adalah Allah. Satu realitas tetapi beda istilah. Pernyataan ini dipertegas oleh Hammond yang mengatakan bahwa Pantheisme mengajarkan bahwa alam semesta sebagai bentuk dari Allah yang diturunkan menjadi suatu bentuk kekuatan yang tidak berpribadi.7 Dan juga Soedarmo yang mengatakan Pantheisme mengajarkan bahwa segala sesuatu didalam alam semesta pada hakekat atau intinya adalah Allah sendiri dan berasal juga dari Allah, seperti air di sungai-sungai telah mengalir dari dalam sumber air. Hakekatnya sama hanya mungkin kurang jernih oleh karena pengaruh dari luar.8 Penjelasan diatas juga didukung oleh Thissen yang mengatakan bahwa Pantheisme mengajarkan Allah dan alam semesta itu adalah satu sebab Allah itu segalanya (alam semesta) dan segalanya (alam semesta) itu Allah.9 Dari keterangan diatas jelas bahwa Pantheisme mengajarkan bahwa Allah dan alam itu satu hakekat. Allah adalah alam semesta dan alam semesta adalah Allah.
- Allah itu zat yang kekal.
Pantheisme juga mengajarkan bahwa Allah itu zat yang kekal. Hal itu karena Allah itu satu hakekat dengan alam semesta. Sedangkan alam semesta itu adalah zat maka Allah itu adalah zat. Thissen mengatakan zat merupakan penyebab pikiran dan segala sesuatu yang hidup. Zat adalah kekal serta hidup diturunkan secara spontan. Alam semesta yaitu keselurtuhan keberadaan yang kita sebut dengan alam merupakan satu-satunya Allah yang dapat disetujui untuk dipuja dan dipuji oleh manusia modern yang telah mengalami pencerahan ilmu pengetahuan modern. Dan alam semesta adalah zat. Oleh karena itu Allah adalah zat yaitu zat yang kekal.10 Thissen menambahkan setiap partikel zat memiliki suatu prinsip hidup disamping sifat-sifat fisiknya. Oleh karena zat itu hidup maka Allah itu hidup dan menyatu dengan alam. Sehingga pengikut Pantheisme mengatakan bahwa Allah adalah jiwa dunia.11 Jadi walaupun Allah itu berbentuk zat, tetapi zat itu adalah hidup dan bahkan zat itu adalah kekal.
- Allah itu tidak berpribadi.
Pantheisme berpandangan bahwa Allah itu sama dengan alam semesta, karena alam semesta adalah zat maka Allah juga adalah zat. Karena Allah adalah zat maka Allah itu buka pribadi. Sebab pribadi itui berbeda dengan zat. Zat adalah benda dan benda berbeda dengan pribadi. Hammond mengatakan bahwa Pantheisme mengajarkan bahwa Allah itu tidak berpribadi sebab Allah itu adalah zat sama seperti alam semesta yang juga berbentuk zat.12 Walaupun Allah tidak berpribadi, tetapi menurut pandangan Pantheisme Allah itu memiliki pikiran dan kuasa. Sebab segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Allah. Hadiwijono mengatakan hakekat Allah yang tiada batasnya itu perlu mutlak dan menjadi satu-satunya asas bagi segala hal yang bendawi, baik menurut keberadaannya maupun menurut hakekatnya. Dari tabviatnya yang perlu mutlak itu mengalirlah hal-hal yang banyak sekali, tanpa ada batasnya dengan cara yang banyak sekali, yang tanpa batas juga. Allahlah yang menjadi sebab adanya segala sesuatu. Segala sesuatu disebabkan oleh Allah dan hanya dapat dimengerti sebagai keluar dari Allah.13 Dari penjelasan diatas jelas bahwa menurut Pantheisme Allah itu tidak berpribadi, walaupun begitu segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Allah.
- Allah itu Imanent.
Imanent dalam bagian ini artinya selalu berada disekitar manusia. Hal ini nyata sebab Pantheisme selalu mengajarkan bahwa Allah dan alam menjadi satu dalam realitasnya. Sehingga semua yang ada di alam semesta ini pada hakekatnya adalah Allah. Soedarmo mengatakan semua yang ada dialam pada hakekatnya atau intinya adalah Allah sendiri. Allah bersatu dengan alam dan didalam alam kita mengenal Allah.14 Karena Allah sehakekat dengan alam maka Allah ada di sekitar kita dan dekat dengan kita.
Selain itu Pantheisme juga mengajarkan bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah Allah sebab manusia adalah bagian alam semesta. Thissen mengatakan Pantheisme itu menyetarakan manusia dengan Tuhan ketika menjadikannya bagian dari Tuhan. Pantheisme menyanjung manusia serta mendorong timbulnya kesombongan manusiawi. Bila segala sesuatu yang ada ini merupakan suatu manifestasi dari Allah, dan bila Allah tidak pernah memasuki kesadaran kecuali didalam diri manusia, maka manusia merupakan wujud Allah yang tertinggi di atas muka bumi ini. Sesungguhnya, kita dapat mengetahui kebesaran rohani seseorang dengan melihat sampai sejauh mana dia menyadari persamaannya dengan Tuhan. Para Pantheis menyatakan bahwa Yesus kristus adalah orang pertama yang secara sempurna menyadari bahwa manusia merupakan wujud Allah yang tertinggi diatas muka bumi ini ketika mengatakan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30).15 Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa paham Pantheisme mengajarkan bahwa Allah ada disekitar manusia dan bahwa manusia itu pada hakekatnya adalah Allah.
Analisa Kristis Ajaran Pantheisme Tentang Allah Dipandang Dari Sudut Kekristenan.
- Allah adalah alam semesta dan alam semesta adalah Allah.
Ajaran Pantheisme ini jelas bertentangan dengan ajaran Kekristenan yang dijelaskan dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan bahwa antara Allah dan alam semesta itu jelas berbeda. Sebab Allah adalah pencipta sedangkan alam semesta adalah ciptaan. Dalam Kitab Kejadian 1:1-31 dijelaskan :
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudra raya dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. … Berfirmasnlah Allah “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air”. … Berfirmanlah Allah : “Hendaklah segala air yang dibawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat dan kumpulan air itu dinamainya laut. … Berfirmanlah Allah : “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan … supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” … Berfirmanlah Allah : “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.”… Berfirmanlah Allah : “Hendaklah dalam air berkeriap makhluk yang hidup dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” …. Berfirmanlah Allah : “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gasmbar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara…”
Dari penjelasan ayat-ayat diatas jelas bahwa alam semesta dengan segala isinya itu diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu secara hakekat Allah itu berbeda dengan alam semesta. Allah adalah pencipta alam semesta dan alam semesta adalah ciptaan Allah. Hal itu juga dijelaskan oleh Hammond yang mengatakan bahwa Allah dan alam semesta itu berbeda. Secara hakekat Allah bukan alam dan alam bukan Allah. Allah memiliki hakekat tertinggi sebab Allah adalah pencipta sedang alam semesta adalah ciptaan Allah.16 Pendapat itu juga didukung oleh Soedarmo yang mengatakan bahwa pandangan Pantheisme jelas bertentangan dengan pernyataan dalam Kitab Suci. Allah bukannya membiarkan segala sesuatu itu mengalir dari diriNya sendiri sehingga terbentuklah alamsemesta. Allah menjadikan alam semesta. Oleh karena itu hakekat dari alam semesta juga berlainan dengan hakekat Allah. Hubungan antara Allah dan alam semesta adalah Khalik dan makluk, Pencipta dan buah ciptaanNya.17 Wolf menegaskan lebih dalam lagi. Wolf mengatakan bahwa Allah itu ada pada mulanya. Sebelum segala sesuatu ada Allah telah ada. Allah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya. Allah adalah pencipta yang berdaulat atas segala ciptaannya.18 Dan dalam Alkitab sendiri banyak ayat-ayat yang menjelaskan bahwa alam itu diciptakan oleh Allah. Diantaranya yaitu :Ayaub 38:4-11; Mzm. 33:6-9; Yoh. 1:1-3; Kis. 17:24; Rom. 11:36; Kol. 1:16; Ibr. 11:3; Wahy. 4:11 dan lain-lain. Berkhof mengklasifikasi beberapa ayat-ayat Alkitab yang terkait dengan keberadaan Allah sebagai pencipta sebagai berikut : (1). Pasal-pasal yang menekankan kemahakuasaan Allah dalam karya penciptaan (Yes. 40:26, 28; Amos 4:13). (2). Ayat-ayat yang menunjuk kepada pemuliaan Allah di atas alam semesta aebagai Allah yang besar dan tiada terbatas (Mzm. 90:2; 102:26,27; Kis. 17:24). (3). Ayat-ayat yang menunjuk kebijaksanaan Allah dalam karya penciptaan (Yes. 40:12-14; Yer. 10:12-16; Yoh. 1:3). (4). Ayat-ayat yang memandang penciptaan dari sudut pandang kedaulatan Allah dan tujuan penciptaan (Yes. 43:7; Rom. 1:25). (5). Ayat-ayat yang membicarakan penciptaan sebagai karya fundamental Allah (1 Kor. 11:9; Kol. 1:16). Salah satu pernyataan yang paling lengkap dan indah kita dapati dalam Neh. 9:6 : “Hanya Engkau adalah TUHAN Engkau telah menjaduikan langit, ya langit segala langit dan balatentaranya dan bumi dan segala yang ada ditasnya dan laut dan segala yang didalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu.” Ayat ini adalah salah satu contoh dari ayat-ayat lain yang sejenis yaitu ayat-ayat dalam Alkitab yang menekankan kenyataan bahwa Yehova adalah Pencipta alam semesta.19 Dari semua penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ajaran pantheisme tentang Allah dan alam itu satu hakekat jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab.
- Allah itu zat yang kekal.
Dalam kamus Bahasa Indoensia zat artinya barang ang menjadi bagian sesuatu benda atau menjadi benda itu sendiri.20 Dari pengertian ini, jika Allah itu zat berarti Allah itu benda. Pandangan ini jelas bertentangan dengan Alkitab. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa allah itu zat atau benda. Alkitab mengajarkan bahwa Allah itu adalah Roh.21 Karena Allah itu Roh maka hal itu berbicara tentang spiritualitas Allah. Dimana jati diri Allah itu tidak bersifat materi tetapi jati diri Allah itu bersifat Roh adanya. Berkhof menjelaskan dengan mengajarkan tentang Allah yang adalah Roh maka teologi menekankan fakta bahwa Allah memiliki keberadaan substansial milikNya sendiri dan berbeda dengan dunia. Dan dengan menyatakan spiritual Allah kita juga menegaskan bahwa Allah tidak memiliki hal-hal yang bersifat materi dan Allah tidak dapat dilihat dengan nyata dengan panca indera manusia. Paulus berkata : “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanyya, bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa ! Amin (1 Tim. 1:17), dan juga sebagai “Raja atas segala raja dan Tuan diatas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tidak terhampiri. Seorangpun tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tak dapat melihat Dia. BagiNyalah hormat dan kuasa yang kekal ! Amin (1 Tim. 6:15-16).22 Dari penjelasan diatas jelas bahwa Allah itu bukan zat atau benda. Allah adalah Roh yang kekal bukan materi atau zat.
- Allah itu tidak berpribadi.
Pandangan Pantheisme bahwa Allah tidak berpribadi jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Alkitab jelas mengajarkan bahwa Allah adalah pribadi. Milne menjelaskan istilah pribadi itu berasal dari istilah klasik Yunani Hupostasis dan istilah Latin Persona. Kedua istilah tersebut sebenarnya sering dipakai untuk menunjuk tentang keberadaan manusia yang bersifat pribadi. Sebagai seorang yang berpribadi manusia itu memiliki akal. Pikieran, perasaan dan kehendak. Dan sebenarnmya dalam Alkitab juga dijelaskan bahwa Allah juga memiliki sifat-sifat pribadi yang dimiliki oleh manusia tersebut. Dan kalau diperhatikan dalam kitab Kejadian, saat manusia dicipta segambar dan serupa dengan Allah, sebenarnya sifat-sifat pribadi manusia itu bersumber dari Allah. Oleh karena itu Alah bukan zat tetapi Allah adalah pribadi.23 Pendapat itu didukung Hammod yang mengatakan definisi tentang Allah yang akurat adalah bahwa Allah itu Roh yang berpribadi. Memang pikiran manusia sulit untuk mengerti hal itu tetapi Alkitab menjelaskan bahwa Allah adalah pribadi sebab allah memiliki pikiran, emosi, kemauan dan kebebasan.24 Pernyataan diatas dipertegas oleh Hadiwjono yang mengatakan Alkitab sendiri tidak pernah memandang Allah sebagai zat tetapi Alkitab mengajarkan Allah adalah pribadi. Dimana sejak penciptaan Adam dan Hawa, Allah selalu ingin bersekutu dengan umatNya. Kerinduannya yang ingin selalu bersekutu itu menunjukan bahwa Allah adalah pribadi.25 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Allah itu bukan tidak berpribadi tetapi Allah itu adalah Allah yang berpribadi. Hal itu nyata dari penjelasan Alkitab yang mengatakan bahwa Allah memiliki kesadaran diri (Kel. 3:14; 1 Kor. 2:10), memiliki kemampuan membuat keputusan sendiri (Ayub. 23:13; Rom. 9:11), memiliki intelek (Kej. 18:19; Kis. 15:18)
- Allah itu Immanent.
Sebenarnya konsep Allah yang immanent itu sama dengan konsep Kekristenan sebab Kekristenan juga mengajarkan bahwa Allah itu immanent. Namun pengertian immanent dalam paham Pantheisme berbeda dengan Kekristenan. Pantheisme mengajarkan Allah dan alam menjadi satu dalam realitasnya. Sehingga semua yang ada di alam semesta ini pada hakekatnya adalah Allah. Allah ada dimana-mana sebab semua yang ada di alam adalah Allah. Pandangan ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Sebab Alkitab menjelaskan bahwa Allah yang immanent ini menunjuk pada kehadiran dan kuasaNya yang senantiasa berlaku dalam ciptaanNya. Ia tidak berdiri jauh dari dunia, tidak masa bodoh dan berpangku tangan menonton dari jauh hasil karya ciptaanNya. Ia selalu bersama sama dengan ciptaanNya. Dalam Yes 57:15 terdapat ungkapan tentang Dia yang immanent sebagai “yang juga bersama-sama orang yang emuk hati dan rendah hati.”26 Sedangkan Ryrie menjelaskan sebenarnya Allah yang immanent itu menunjuk pada Allah yang dekat dengan ciptaanNya. Hal itu sesuai dengan sifat Allah yang Maha Hadir. Dimana Allah selalu Maha Hadir. Mzm. 139:7-11, dijelaskan Daud bertanya apakah ada tempat dimana seseorang dapat melepaskan diri dari hadirat Allah. Jawabannya ialah tidak, karena kehadiran Allah tidak dibatasi oleg ruang (ayat 8), tak gentar oleh kecepatan (ayat 9) dan tidak dipengaruhi oleh gelap (ayat 11-12).27 Allah yang immanent itu semakin nyata dalam Perjanjian Baru.
1 Herlianto, 1990. Hlm. 51.
2 Kamus Bahasa Indonesia. 1989. Hlm. 646.
3 Hadiwijono, 1980. Hlm. 27
4 Brown. Hlm. 72
5 Ibid. Hlm. 72
6 Hadiwijono, Hlm. 27
6 Thissen, 1992. Hlm. 53-54.
7 Hammond. 1988. Hlm. 73.
8 Soedarmo. 1989. Hlm. 123
9 Thissen. 1992. Hlm. 53.
10 Thissen, Hlm. 53
11 Ibid. Hlm. 54.
12 Hammond. 1988. Hlm. 73.
13 Hadiwijono. 1980. Hlm. 28.
14 Soedarmo, 1989. Hlm. 123
15 Thissen. 1993. Hlm. 57-58.
16 Hammond. 1988. Hlm. 73.
17 Soedarmo. 1989. Hlm. 129.
18 Wolf Herbert. Penegnalan pentateukh. 1991. Hlm. 110
19 Bertkhof. Hlm. 237
20 Kamus Bahasa Indonesia, Hlm. 639.
21 Bnd. Yoh. 4:24 yang berbunyi
22 Berkhof. Hlm. 107-108
23 Milne. 1996. Hlm. 89.
24 Hammond. 1988. Hlm. 63.
25 Hadiwijono. 1996. Hlm.
26 Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid I. 2002. Hlm. 34
27 Ryrie. 1991. Hlm. 54.